๐ฃ Kisah Imam Syafii Dan Imam Malik Tentang Rezeki
Bagikan IMAM Malik (Guru Imam Syafi'i) berkata, "Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezeki. Lakukan bagianmu, lalu biarkan Tuhan yang mengurus sisanya."
Dialogdua ulama besar yaitu Malik dan Syafi'i Imam Malik berpendapat : Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rizki, Hal ini berdasarkan hadist {ููู ุฃูููู
ุชููููููุชูู
ุนููู ุงูููู ุญููู ุชูููููููููู ููุฑูุฒูููููู
ูู
ุง ููุฑูุฒููู ุงูุทููููุฑู ุชุบุฏูู ุฎูู
ูุงุตูุง ูุชูุฑูุญู ุจูุทูุงููุง}
2830 NOAK.ID, - IMAM Malik (Guru Imam Syafi'i) berkata, "Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezeki. Lakukan bagianmu, lalu biarkan Tuhan yang mengurus sisanya." Imam Syafii bertanya, "Jika seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia mendapat rezeki?".
Kepadasang guru, Imam Syafi'i mengajukan pendapatnya, "Wahai Syekh, andai kata seekor burung tidak keluar dari sarangnya, bagaimana mungkin ia akan memeroleh rezeki?" Dalam kesimpulan Imam Syafi'i, untuk mendapatkan rezeki diperlukan usaha dan kerja keras. Tidak bisa dengan hanya bertawakal, karena rezeki tak akan datang dengan sendirinya.
Suasanapengajian di SD Almadany. Beda Pendapat tentang Datangnya Rezeki, antara Imam Malik dan Imam Syafii (Mahfudz Efendi/PWMU.CO) PWMU.CO - Beda pendapat tentang datangnya rezeki, Imam Malik dan Imam Syafii tertawa bersama.. Kisah itu diceritakan H Hilmi Aziz MPdI pada kegiatan Pembinaan Guru dan Karyawan SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas Gresik, Sabtu (29/1/22).
Ceritabermula ketika dalam sebuah majelis ilmu, Imam Maliki yang merupakan guru dari Imam Syafii mengatakan bahwa sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab. Seseorang cukup bertawakkal dengan benar, niscaya Allah akan memberikannnya rezeki.
DalamTetes-Tetes Kesturi Aulia, tertulis kisah bagaimana kebijaksanaan dua pendiri mazhab mengeluarkan opininya masing-masing dengan tetap menjaga adab. Dalam satu majelis ilmu, Imam Malik yang merupakan guru Imam Syafii mengatakan jika rezeki itu datang tanpa sebab. Guru Imam Syafii itu menjelaskan jika cukuplah seseorang bertawakal dengan benar.
ImamSyafii menyampaikan pendapat bahwa untuk mendapatkan rezeki dibutuhkan usaha dan kerja keras. Rezeki tidak datang sendiri, melainkan harus dicari dan didapatkan melalui sebuah usaha. Guru dan murid yang merupakan pendiri mazhab itu bersikukuh pada pendapatnya masing-masing.
Muslimahdaily- Dikisahkan, Imam Malik yang merupkan guru dari Imam Syafi'i tengah berada di majelisnya. Selayaknya guru dan murid, keduanya sering kali menyampaikan pendapat hingga berdebat. Pada suatu hari, Imam Malik menyampaikan bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah.
iRIja. ๏ปฟHome Hikmah Rabu, 15 Desember 2021 - 1752 WIBloading... Imam Asy-Syafii adalah salah satu murid terbaik Imam Malik, pendiri Mazhab Maliki. Foto ilustrasi/Ist A A A Imam Syafi'i wafat 204 H adalah salah satu murid terbaik Imam Malik, ulama pendiri Mazhab Maliki wafat 179 H. Kedua ulama besar ini punya kisah-kisah menarik yang dapat dijadikan hikmah dan satu paparannya, Ustaz Ubaidillah Arsyad menceritakan pujian Imam Malik kepada Imam Asy-Syafi'i yang menukil beberapa kitab. Dikisahkan, suatu hari Imam Malik pergi secara sembunyi-sembunyi ke belakang salah satu tiang masjid untuk mendengarkan sang murid Syafi'i yang sedang mengajar. Imam Malik sembunyi agar tidak menimbulkan rasa sungkan bagi Imam Syafi'i terhadap gurunya itu. Setelah Imam Malik duduk memberikan nasehat kepada orang-orang, beliau menulis di tiang masjidู
ู ุฃุฑุงุฏ ุงูุนูู
ุงูุชููุณุ ูุนููู ุจู
ุญู
ุฏ ุจู ุงุฏุฑูุณ"Barang siapa yang ingin mendapatkan ilmu yang berharga, hendaklah dia belajar dengan Muhammad bin Idris yaitu Imam syafi'i."Tatkala Imam Syafi'i membaca tulisan tersebut, beliau pun berkata "Aku yakin bahwasanya perkataan yang tertulis di tiang masjid itu adalah perkataan guru kita, Imam Malik".Maka beliau pun menulis di bawah tulisan itu dengan tulisanููู ูุงูููู ุฐููุ! ููู ุชูู
ูุฐู ูุง ู
ุงูู"Bagaimana tidak seperti itu?, dia Imam Syafi'i adalah muridmu wahai Malik". Anisul Mukminin 81Dalam Al-Manhaj as-Sawiy 451 disebutkan, Imam Syafi'i membagi malam harinya menjadi tiga bagian 1/3 malam untuk sholat, 1/3 malam untuk belajar, dan 1/3 malam untuk tidur. Keterangan senada juga ditulis di Nurul Abshar Syafi'i adalah orang yang punya hafalan kuat dan punya kecepatan dalam menghafal. Sehingga beliau meletakkan lengan bajunya di halaman buku sebelah kirinya supaya hafalan halaman sebelah kiri itu tidak mendahului hafalan halaman sebelah kanan. Nafahatun Nasim al-Hajiri 195Seandainya 100 bait syair dibacakan pada Imam Syafi'i, niscaya beliau akan menghafal 100 bait syair tersebut seketika. Begitulah kehebatan Imam Syafi'i dalam heran ketika berusia 7 tahun beliau sudah hafal Al-Qur'an. Tak hanya sekadar hafal, namun juga menguasai ilmu tafsirnya, ulumul Qur'an dan segala macam ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Saat berusia 10 tahun, Imam Syafi'i sudah menghafal Kitab Al-Muwatta' kumpulan hadis karya Imam Malik. Baca Juga rhs imam syafii kisah kisah imam syafii imam malik imam maliki kisah imam maliki Artikel Terkini More 17 menit yang lalu 50 menit yang lalu 58 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu
loading...Imam Maliki dan Imam Syafii yang merupakan guru dan murid. Foto/Ist Setiap muslim pasti meyakini bahwa rezeki datangnya dari Allah Ta'ala sebagaimana firman-Nya bahwa tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. Namun, bagaimana memperoleh rezeki kerap mengundang perbedaan pendapat dari banyak orang. Hal ini pula pernah menjadi perdebatan ulama besar Imam Maliki dan Imam Syafi'i yang merupakan guru dan ketika dalam satu majelis ilmu, Imam Malik wafat 179 H yang merupakan guru dari Imam Syafi'i wafat 204 H mengatakan bahwa rezeki itu datang tanpa sebab. Seseorang cukup bertawakkal dengan benar, niscaya Allah akan memberikannnya rezeki."Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya," demikian pendapat Imam Malik menyandarkan pendapatnya itu berdasarkan sebuah hadis Rasulullah ููู ุฃูููู
ุชููููููุชูู
ุนููู ุงูููู ุญููู ุชูููููููููู ููุฑูุฒูููููู
ูู
ุง ููุฑูุฒููู ุงูุทููููุฑู ุชุบุฏูู ุฎูู
ูุงุตูุง ูุชูุฑูุญู ุจูุทูุงููุง"Andai kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal niscaya Allah akan berikan rizki kepada kalian, sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaan kenyang". Ternyata Imam Syafii memiliki pandangan lain. Beliau mengemukakan pendapat kepada sang guru. "Ya Syeikh, seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki?" kata Imam Syafii menyampaikan pendapat bahwa untuk mendapatkan rezeki dibutuhkan usaha dan kerja keras. Rezeki tidak datang sendiri, melainkan harus dicari dan didapatkan melalui sebuah dan murid yang merupakan pendiri mazhab itu bersikukuh pada pendapatnya masing-masing. Hingga suatu ketika, saat Imam Syafii berjalan-jalan, beliau melihat serombongan orang sedang memanen buah anggur. Beliau pun ikut membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafi'i mendapat imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas Syafi'i senang bukan main. Beliau senang bukan karena mendapatkan anggur, tetapi karena memiliki alasan untuk menyampaikan kepada Imam Malik bahwa pendapatnya soal rezeki itu bergegas Imam Syafi'i menjumpai Imam Malik yang sedang duduk santai. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, Imam Syafi'i menceritakan pengalamannya seraya berkata "Seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu membantu memanen, tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya".Mendengar itu, Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Kemudian Imam Malik berucap pelan. "Sehari ini aku memang tidak keluar pondok, hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab? Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya".Imam Syafi'i langsung tertawa mendengar penjelasan Imam Malik tersebut. Sang Guru dan murid itu kemudian tertawa bersama. Begitulah, dua Imam mazhab mengambil dua hukum berbeda dari hadis yang Malik dan Imam Syafii mengajarkan kepada umat Islam bagaimana menyikapi perbedaan. Keduanya tak saling menyalahkan lalu membenarkan pendapatnya sendiri. Begitulah indahnya Islam apabila saling menghormati dan saling berkasih-sayang. Kisah Ibrahim bin Adham Dalam kisah lain diceritakan, suatu hari Ibrahim bin Adham 100-165 H, ulama sufi yang terkena zuhud. Beliau juga seorang pedagang yang sukses. Ketika beliau melakukan perjalanan, di tengah jalan beliau menemukan seekor burung yang sayapnya patah, tidak bisa terbang dan terpuruk di tempatnya. Seketika beliau menyuruh rombongannya berhenti."Demi Allah, aku mau melihat akankah ada burung yang mendatanginya membawa makanan atau akankah dia mati," ucap menunggu lama, tiba-tiba datang seekor burung lalu dia menempelkan paruhnya ke paruh burung yang sakit itu, lalu dia memberinya makanan. Sontak saja, Ibrahim bin Adham langsung berikrar bahwa ia akan meninggalkan dagangnya dan duduk tenang di rumah dengan terus beribadah kepada Allah, sebab ia telah menyaksikan sifat Maha Dermawan-Nya Allah dan pemberian rezeki-Nya tanpa kabar itu didengar oleh Imam As-Syibli, seorang sufi yang zuhud juga pada masanya. Lalu beliau mendatangi Ibrahim bin Adham dan berkata"Kenapa kamu meninggalkan daganganmu dan duduk di rumahmu seperti ini?"
Muslimahdaily - Dikisahkan, Imam Malik yang merupkan guru dari Imam Syafiโi tengah berada di majelisnya. Selayaknya guru dan murid, keduanya sering kali menyampaikan pendapat hingga berdebat. Pada suatu hari, Imam Malik menyampaikan bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah. Ia dapat datang tanpa sebab dan manusia cukup bertawakkal dengan benar, lalu Allah akan memberinya rezeki. โLakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya,โ ujar Imam Malik. Bukan tanpa landasan, pendapat Imam Malik tersebut berdasarkan hadits Rasulullah berikut ini. โAndai kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benarnya tawakkal niscaya Allah akan berikan rezeki kepada kalian, sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaan kenyang.โ HR. Ahmad. Namun ternyata Imam Syafiโi memiliki pendapat lain. Menurutnya seandainya burung tersebut tidak keluar dari sangkar niscaya ia tidak akan mendapat rezeki. Baginya, untuk mendapat rezeki, dibutuhkan usaha dan kerja keras. Bukan datang sendiri, tapi harus dicari. โWahai guru, seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki?โ demikian sanggahan Imam Syafiโi. Keduanya tetap pada pendapat masing-masing. Tapi tak nampak rasa kesal dan benci satu sama lain karena perbedaan pandangan tersebut. Hingga pada suatu hari, Imam Syafiโi berjalan-jalan, ia melihat sekelompok orang tengah memanen buah anggur. Tanpa diminta, Imam Syafiโi berinisiatif membantu mereka. Setelah selesai, ia diberikan beberapa ikat anggur sebagai imbalan. Kejadian ini mengingatkan Imam Syafiโi tentang pendapatnya seputar rezeki. Pendapatnya terbukti dengan dirinya yang berinisitif membantu sekelompok orang tadi. Jika ia tidak berusaha membantu, tentu ia tidak akan mendapat beberapa ikat anggur. Imam Syafiโi senang bukan main. Ia lantas berbegas menemui sang guru. Hendak membenarkan pendapatnya tersebut. Kemudian dijumpainya Imam Malik yang tengah duduk santai. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, ia menceritakan kisahnya barusan. โSeandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu, tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya,โ ujar Imam Syafiโi. Mendengar ujaran tersebut, Imam Malik hanya tersenyum. Ia kemudian menimpali, โSeharian ini aku tidak keluar pondok dan hanya mengambil tugas sebagau guru, dan sedikit membayangkan alangkah nikmatnya jika di hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Tiba-tiba engkau datang sambil membawa anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab?โ โCukuplah dengan tawakka; yang benar, niscaya Allah akan memberikan rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya,โ tambah Imam Malik. Keduanya lantas tertawa bersama. Masing-masing Imam Malik dan Imam Syafiโi dapat membuktikan pendapatnya. Tentu tak pernah ada dendam ataupun saling menyalahkan di antara keduanya. Baik Imam Malik maupun Imam Syafiโi masih tetap pada pendapatnya namun tetap menerima pandangan satu sama lain. Akhirnya kedua imam mulia ini mengambil hukum yang berbeda dengan hadits yang sama. Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran, bahwa berbeda pendapat kerap terjadi di kehidupan sehari-hari. Namun hendaknya kita dapat menyikapi dengan biijak tanpa harus menyalahkan lainnya.
kisah imam syafii dan imam malik tentang rezeki